Can we buy happiness? Sering kita mendengar ini begitu klise. Bahwa uang bukanlah segalanya. Demikian juga dengan kebahagiaan yang katanya tidak bisa diukur dengan uang.
Pernah gak suatu saat kita menyeberangkan seorang nenek di jalan? Atau membantu lansia yang sedang kesusahan menurunkan koper dari cabin pesawat? Ini hal sederhana, tetapi ketika itu terjadi saya yakin dalam bentuk apapun, semua pihak berbahagia. Si lansia akan merasa terbantu, kita yang membantu pun ada kebahagiaan tersendiri.
Hal apa yang membuatmu bahagia? Saya yakin semua punya definisi sendiri tentang bahagia. Mungkin ada yang bahagia jika berhasil membuat suatu karya yang fenomenal dikenang orang banyak. Ada yang bahagia ketika bisa berkunjung ke suatu negara yang selama ini hanya diketahui dari buku bacaan. Atau ada yang bahagia bisa mengantar orang tuanya Naik Haji, misalnya. Semuanya berbeda, semua punya standar masing-masing. Jika kemudian ingin menjawab pertanyaan Can we buy happiness? Jawabannya kita butuh semacam alat ukur yang setara untuk semua kebahagiaan itu. Jawaban yang saya dapatkan adalah uang. Uang bisa membeli kebahagiaan, meskipun dengan standar kebahagian yang berbeda-beda.
Sampai di sini, tak sedikit yang akan mendebat atau mencibir dengan mengatakan istilahnya mata duitan atau matre. Tetapi saya kembali kepada bahwa kebahagiaan itu sangat personal. Dan satu hal, dengan hidup yang sebenarnya begitu singkat, kita perlu merencanakan kebahagiaan itu.
Caranya? Sederhana, saya memiliki semacam bucket list yang akan saya penuhi setiap tahun. Meskipun kadang tak semua berjalan sesuai rencana, bucketlist itu akan membantu saya menikmati kesuksesan-kesuksesan kecil saat mencapainya satu per satu.
Saya pernah berkeinginan mengajak mama ke Bali, yang mungkin dengan uang tabungan mama bisa saja ke sana setiap minggu pun. Tetapi perasaan bahagia tak bisa dilukiskan jika uang yang dipakai untuk mengantar mama adalah hasil menabung dari keringatku sendiri. Ini yang saya katakan menciptakan kebahagiaan. Ada rencana yang dibuat, usaha untuk mewujudkan dan ketika hal tersebut tercapai, saya bahkan sampai saat ini masih ingat bagaimana senyuman mama saat akhirnya menginjak pulau dewata. Ini yang saya sebut kebahagiaan.
Seperti yang Bank CIMB Niaga lakukan dengan brand promise terbaru untuk para nasabahnya. Berupaya untuk selalu dekat dan mengantisipasi setiap kebutuhannya sesuai dengan perkembangan di setiap aspek kehidupan. Ada empat segmen yang dituju, mulai dari anak muda, keluarga, business banking dan priority banking. Memberikan makna lebih tentang sebuah pencapaian, bahwa sukses itu lebih dari sekedar materi. Bahwa setiap keluarga bisa menjadi keluarga yang lebih mapan, aman dan nyaman dengan bantuan produk dan layanan yang ada di CIMB Niaga. Seperti orang tua saya, yang selalu terbantu dengan kemudahan transaksi yang ditawarkan oleh CIMB Niaga.