#LingTrip,
Pasar Baru Jakarta dibangun pada tahun 1820, tempat itu memiliki banyak kisah bersejarah dan dapat ditemui melalui peninggalan beberapa arsitektur bangunan tua di sekitarnya. Di sekitar pasar beridiri rumah-rumah khas masyarakat pecinan dan sejumlah bangunan dari bambu. Belum termasuk warung dan meja-meja yang ikut menyesaki area Pasar Baru. Kanal di sekitar daerah pasar adalah tempat bermain air bagi anak-anak, mereka sering melompat dari jembatan Pasar Baru atau dari tiang lentera ke pintu air. Dahulu juga banyak orang yang mandi dan berendam dalam air, hingga mencuci baju di pinggir-pinggir kanal tersebut.
Rumah Mayor Tio Tek Ho
Rumah Mayor Tio Tek Ho berlokasi di komplek Pasar Baru dan sekarang dikenal dengan sebutan "Toko Kompak". Bangunan dengan arsitek pencampuran Eropa dan Tionghoa ini ternyata menyimpan sejarah panjangnya sejak 300 tahun silam. Meski dibangun pada abad 19, namun saat ini bangunan tersebut masih terlihat cukup kuat dan kokoh dari luar. Dahulu kala bangunan ini ditinggali oleh keluarga Mayor Tio Tek Ho. Catatan Mona Lohanda dalam buku "The Kapitan Cina of Batavia 1837-1842" sendiri menyebutkan bahwa Mayor Tio Tek Ho menjabat sebagai Mayor di Batavia (Jakarta) pada 1896-1908. Pasca meninggalnya sang Mayor, bangunan ini terus berpindah kepemilikannya hinggal yang terakhir saat ini pemiliknya memiliki keturunan bermarga Tan. Toko Kompak dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 15 menit dari POP Hotel Pasar Baru.
Toko Kompak
Jl. Pasar Baru Sawah Besar, Jakarta
Jam buka setiap hari: 10.00- 20.00
Galeri Foto Jurnalistik ANTARA (GFJA)
Kantor Berita Antara awalnya termasuk sebagai bagian dari ANETA (Algemeen Niews en Telegraaf Agentschaap), yang kemudian berubah nama menjadi Algemeen Niews en Telegraaf Aneta bergerak di bidang pemberitaan, periklanan dan penerbitan majalah Hindia Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, kantor berita ini berganti nama menjadi Yashima dan yang terakhir sebagai Kantor Berita Domei. Saat ini bangunan tersebut dipergunakan sebagai tempat Lembaga Pendidikan Jurnalistik Antara. Di dalamnya terdapar sejumlah peninggalan alat-alat jurnalistik beserta dengan sejumlah foto-foto bersejarah. Salah satu destinasi yang menarik apalagi lokasinya cukup dekat dengan Rumah Mayor Tio Tek Ho dan dapat dicapai dengan berjalan kaki sekitar 20 menit dari POP Hotel Pasar Baru.
Museum dan Galeri Foto Jurnalistik/
Gedung Antara
Jl. Antara no 59 Pasar Baru, Jakarta Pusat
T: 021 345 8771
Tutup Senin
Buka: Selasa - Minggu (10.00-20.00)
Masjid Istiqlal
Masjid yang diyakini sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara ini dibangun pada tanggal 24 Agustus 1961, oleh seorang insinyur Kristen bernama Frederich Silaban. Pembangunannya yang berdampingan dengan Gereja Katedral merupakan ide Presiden Sukarno dengan maksud untuk melambangkan semangat nilai-nilai persaudaraan dan toleransi beragama sesuai dengan ajaran Pancasila. Letaknya cukup strategis dapat dicapai dengan 15 menit berkendaraan dari POP Hotel Pasar Baru.
Masjid Istiqlal
Jl. Taman Wijaya Kusuma
Jakarta Pusat
Pantjoran Tea House
Salah satu bangunan yang menjadi landmark di kawasan Glodok/Pecinan dan sudah berdiri sejak 380 tahun silam (1635), adalah sebuah toko obat tertua kedua di Jakarta. Bangunan ini dikenal sebagai Apotheek Chung Hwa. Bangunan ini akhirnya direvitalisasi pada tahun 2015 oleh arsitek Ahmad Djuhara, dan beralih fungsi menjadi kedai teh dengan nama Pantjoran Tea House. Budaya minum teh di kawasan Pecinan sangat kuat pada saat itu. Bibit teh pertama dibawa dari Jepang oleh seorang botanis bernama Andreas Cleyer dengan kapal VOC yang biasanya berlabuh di sekitar Kota Tua Jakarta. Khusus Pantjoran Tea House lokasinya lumayan jauh dari POP Hotel Pasar Baru namun bisa dicapai sekitar 30 menit dengan berkendaraan dari POP Hotel Pasar Baru.
Pantjoran Tea House
Jl. Pancoran Raya no. 4-6
Glodok, Tamansari, Jakarta Barat.
T:021 690 5904
Buka setiap hari 09.00-21.00
Perjalanan menjelajah kawasan heritage Pasar Baru di atas di organized oleh deSADE Tour Travel. Acaranya seru, menambah wawasan sekalian menambah teman. Setelah lelah berkeliling dilanjutkan dengan beristirahat di POP Hotel Pasar Baru.
Menjelajah Kawasan Heritage Pasar Baru
Pasar Baru Jakarta dibangun pada tahun 1820, tempat itu memiliki banyak kisah bersejarah dan dapat ditemui melalui peninggalan beberapa arsitektur bangunan tua di sekitarnya. Di sekitar pasar beridiri rumah-rumah khas masyarakat pecinan dan sejumlah bangunan dari bambu. Belum termasuk warung dan meja-meja yang ikut menyesaki area Pasar Baru. Kanal di sekitar daerah pasar adalah tempat bermain air bagi anak-anak, mereka sering melompat dari jembatan Pasar Baru atau dari tiang lentera ke pintu air. Dahulu juga banyak orang yang mandi dan berendam dalam air, hingga mencuci baju di pinggir-pinggir kanal tersebut.
Namun seiring dengan berkembangnya daerah dan terbentuknya pemukiman elit baru di Rijswijk (Jalan Veteran) pasca pemindahan pusat kota dan perluasan kota Old Batavia ke Weltevreden pada 1808, pasar sederhana ini ikut berkembang. Sejak 1850, dari awalnya hanya sebuah pasar sederhana yang menjual hasil pertanian, kemudian berkembang dengan munculnya toko-toko kelontong milik para pedangan Tionghoa. Puncaknya pada tahun 1930-an, Pasar Baru menjadi salah satu kawasan pusat aktivitas ekonomi di Batavia, dengan deretan toko kelas dunia di dalamnya. Sebagai bagian dari kawasan strategis di Batavia, kemudian muncullah sejumlah bangunan bersejarah lain di sekitar daerah Pasar Baru yang akan saya rangkum dalam "Menjelajah Kawasan Heritage Pasar Baru".
Gereja Pniel/Ayam
Gereja Pniel/Ayam awalnya hanya berbentuk kapel dan dibangun pada tahun 1856. Tujuan pendiriannya saat itu adalah untuk memenuhi kebutuhan beribadah penghuni panti jompo di lingkungan sekitar gereja. Gereja ini dikenal dengan nama Gereja Ayam karena adanya penunjuk arah mata angin yang berbentuk ayam di puncak gereja. Mengingat usia bangunan yang cukup berumur dan dianggap tidak aman lagi untuk digunakan sebagai tempat ibadah, akhirnya pada tahun 1913 gereja ini dipugar sehingga bentuknya menjadi seperti yang bisa dilihat sekarang. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda yang bernama NA. Hulswit. Gereja yang digunakan secara resmi pada tahun 1915 ini terletak pas berseberangan dengan POP Hotel Pasar Baru.
Gereja Pniel
Jl. K.H Samanhudi no.12
Pasar Baru, Sawah Besar Jakarta
T: 021-380.7621
Vihara SIN TEK BIO
Vihara ini terletak di gang-gang sempit di sekitar Pasar Baru, namun ternyata tetap tidak mengurangi nilai-nilai sejarah dari tempat itu sendiri. Dibangun pertama kali pada abad 17 atau sekitar tahun 1698, vihara ini dahulu termasuk daerah pedalaman berjarak sekitar 5 km dari dalam tembok kota Batavia. Dahulu kala Vihara ini dibangun oleh para petani Tionghoa yang tinggal di tepi sungai Ciliwung. Terdapat 28 altar di lantai atasnya yang juga dikelilingi oleh ratusan patung yang sebagian besar berasal dari abad ke-17. Akhirnya pada tahun 1982 Sin Tek Bio berubah menjadi Vihara Dharma Jaya, lokasinya kini cukup strategis cukup berjalan 10 menit dari POP Hotel Pasar Baru.
SIN TEK BIO/ Wihara Dharma Jaya
Jl. Pasar Baru Dalam Pasar no 146 Jakarta
T: 021 375.807
Gang Kelinci
Jalanan kecil di area kompleks Pasar Baru ini menyimpan beberapa tempat kuliner bersejarah. Salah satunya adalah Bakmi Gang Kelinci, yang sudah berdiri sejak tahun 1957. Pendirinya bernama Hadi Sukiman mulanya menjual Bakmi dengan menggunakan gerobak sederhana di Jl Pintu Besi Pasar Baru, tepat di depan Globe Theater (Moyen). Di tahun 1962, gerobak tersebut dipindahkan ke Jl. Belakang Kongsi no. 16 Pasar Baru. Nah sejak saat itu istilah Gang Kelinci mulai familiar digunakan sebagai nama Bakmi milik Pak Hadi tersebut.
Sebenarnya tidak hanya Bakmi Gang Kelinci, ada beberapa restoran bakmi yang melegenda salah satunya yaitu Bakmi Aboen. Mirip dengan cerita Bakmi Gang Kelinci, rumah makan ini sudah ada sejak tahun 1962. Perbedaan dari dua restoran ini adalah Bakmi Aboen menjual makanan yang non halal, sedangkan kalau ingin makan yang halal bisa ke Bakmi Gang Kelinci. Letak kedua rumah makan ini cukup berdekatan, dan dapat ditempuh sekitar 8 menit berjalan kaki dari POP Hotel Pasar Baru.
Gereja Pniel
Jl. K.H Samanhudi no.12
Pasar Baru, Sawah Besar Jakarta
T: 021-380.7621
Vihara SIN TEK BIO
Vihara ini terletak di gang-gang sempit di sekitar Pasar Baru, namun ternyata tetap tidak mengurangi nilai-nilai sejarah dari tempat itu sendiri. Dibangun pertama kali pada abad 17 atau sekitar tahun 1698, vihara ini dahulu termasuk daerah pedalaman berjarak sekitar 5 km dari dalam tembok kota Batavia. Dahulu kala Vihara ini dibangun oleh para petani Tionghoa yang tinggal di tepi sungai Ciliwung. Terdapat 28 altar di lantai atasnya yang juga dikelilingi oleh ratusan patung yang sebagian besar berasal dari abad ke-17. Akhirnya pada tahun 1982 Sin Tek Bio berubah menjadi Vihara Dharma Jaya, lokasinya kini cukup strategis cukup berjalan 10 menit dari POP Hotel Pasar Baru.
SIN TEK BIO/ Wihara Dharma Jaya
Jl. Pasar Baru Dalam Pasar no 146 Jakarta
T: 021 375.807
Gang Kelinci
Jalanan kecil di area kompleks Pasar Baru ini menyimpan beberapa tempat kuliner bersejarah. Salah satunya adalah Bakmi Gang Kelinci, yang sudah berdiri sejak tahun 1957. Pendirinya bernama Hadi Sukiman mulanya menjual Bakmi dengan menggunakan gerobak sederhana di Jl Pintu Besi Pasar Baru, tepat di depan Globe Theater (Moyen). Di tahun 1962, gerobak tersebut dipindahkan ke Jl. Belakang Kongsi no. 16 Pasar Baru. Nah sejak saat itu istilah Gang Kelinci mulai familiar digunakan sebagai nama Bakmi milik Pak Hadi tersebut.
Bakmi Gang Kelinci Pasar Baru Jakarta |
Bakmi Aboen Pasar Baru Jakarta |
Sebenarnya tidak hanya Bakmi Gang Kelinci, ada beberapa restoran bakmi yang melegenda salah satunya yaitu Bakmi Aboen. Mirip dengan cerita Bakmi Gang Kelinci, rumah makan ini sudah ada sejak tahun 1962. Perbedaan dari dua restoran ini adalah Bakmi Aboen menjual makanan yang non halal, sedangkan kalau ingin makan yang halal bisa ke Bakmi Gang Kelinci. Letak kedua rumah makan ini cukup berdekatan, dan dapat ditempuh sekitar 8 menit berjalan kaki dari POP Hotel Pasar Baru.
Rumah Mayor Tio Tek Ho
Rumah Mayor Tio Tek Ho berlokasi di komplek Pasar Baru dan sekarang dikenal dengan sebutan "Toko Kompak". Bangunan dengan arsitek pencampuran Eropa dan Tionghoa ini ternyata menyimpan sejarah panjangnya sejak 300 tahun silam. Meski dibangun pada abad 19, namun saat ini bangunan tersebut masih terlihat cukup kuat dan kokoh dari luar. Dahulu kala bangunan ini ditinggali oleh keluarga Mayor Tio Tek Ho. Catatan Mona Lohanda dalam buku "The Kapitan Cina of Batavia 1837-1842" sendiri menyebutkan bahwa Mayor Tio Tek Ho menjabat sebagai Mayor di Batavia (Jakarta) pada 1896-1908. Pasca meninggalnya sang Mayor, bangunan ini terus berpindah kepemilikannya hinggal yang terakhir saat ini pemiliknya memiliki keturunan bermarga Tan. Toko Kompak dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 15 menit dari POP Hotel Pasar Baru.
Toko Kompak
Jl. Pasar Baru Sawah Besar, Jakarta
Jam buka setiap hari: 10.00- 20.00
Galeri Foto Jurnalistik ANTARA (GFJA)
Kantor Berita Antara awalnya termasuk sebagai bagian dari ANETA (Algemeen Niews en Telegraaf Agentschaap), yang kemudian berubah nama menjadi Algemeen Niews en Telegraaf Aneta bergerak di bidang pemberitaan, periklanan dan penerbitan majalah Hindia Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, kantor berita ini berganti nama menjadi Yashima dan yang terakhir sebagai Kantor Berita Domei. Saat ini bangunan tersebut dipergunakan sebagai tempat Lembaga Pendidikan Jurnalistik Antara. Di dalamnya terdapar sejumlah peninggalan alat-alat jurnalistik beserta dengan sejumlah foto-foto bersejarah. Salah satu destinasi yang menarik apalagi lokasinya cukup dekat dengan Rumah Mayor Tio Tek Ho dan dapat dicapai dengan berjalan kaki sekitar 20 menit dari POP Hotel Pasar Baru.
Museum dan Galeri Foto Jurnalistik/
Gedung Antara
Jl. Antara no 59 Pasar Baru, Jakarta Pusat
T: 021 345 8771
Tutup Senin
Buka: Selasa - Minggu (10.00-20.00)
Masjid Istiqlal
Masjid yang diyakini sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara ini dibangun pada tanggal 24 Agustus 1961, oleh seorang insinyur Kristen bernama Frederich Silaban. Pembangunannya yang berdampingan dengan Gereja Katedral merupakan ide Presiden Sukarno dengan maksud untuk melambangkan semangat nilai-nilai persaudaraan dan toleransi beragama sesuai dengan ajaran Pancasila. Letaknya cukup strategis dapat dicapai dengan 15 menit berkendaraan dari POP Hotel Pasar Baru.
Masjid Istiqlal
Jl. Taman Wijaya Kusuma
Jakarta Pusat
Pantjoran Tea House
Salah satu bangunan yang menjadi landmark di kawasan Glodok/Pecinan dan sudah berdiri sejak 380 tahun silam (1635), adalah sebuah toko obat tertua kedua di Jakarta. Bangunan ini dikenal sebagai Apotheek Chung Hwa. Bangunan ini akhirnya direvitalisasi pada tahun 2015 oleh arsitek Ahmad Djuhara, dan beralih fungsi menjadi kedai teh dengan nama Pantjoran Tea House. Budaya minum teh di kawasan Pecinan sangat kuat pada saat itu. Bibit teh pertama dibawa dari Jepang oleh seorang botanis bernama Andreas Cleyer dengan kapal VOC yang biasanya berlabuh di sekitar Kota Tua Jakarta. Khusus Pantjoran Tea House lokasinya lumayan jauh dari POP Hotel Pasar Baru namun bisa dicapai sekitar 30 menit dengan berkendaraan dari POP Hotel Pasar Baru.
Pantjoran Tea House |
Pantjoran Tea House
Jl. Pancoran Raya no. 4-6
Glodok, Tamansari, Jakarta Barat.
T:021 690 5904
Buka setiap hari 09.00-21.00
Perjalanan menjelajah kawasan heritage Pasar Baru di atas di organized oleh deSADE Tour Travel. Acaranya seru, menambah wawasan sekalian menambah teman. Setelah lelah berkeliling dilanjutkan dengan beristirahat di POP Hotel Pasar Baru.
Setiap hari aku lewat, tapiiii sekalipun belom pernah masuk ke situ. Wekekkekek.. Kalok kata temen temen ku sik, kulinernya juara ya Mbak :D
ReplyDeleteasyik nih jalan jalan ling..
ReplyDeletekalau di semarang wis diajak jalan jalan keliling kota lama
jadwal kalian ke kota lama mesti ga bareng sama akuu huhuhu
DeleteKmarin sempetin ke Masjid Istiqlal dan Katedral aja. Rupanya banyak yg asik lainnya.
ReplyDeleteWaduh belum pernah nih berkunjung kesini, ngomong ngomong itu lengkap juga ya perlengkapan untuk belanjanya.
ReplyDeleteWah gk bahas toko kameranya mbak? :D
ReplyDeleteToko kamera masih banyak kok di pasar baru :))
Deletemakasih infonya..kalo pas di jakarta semoga bisa ke pasar baru :D
ReplyDeleteSemarang juga punya kotalama dan pecinan :D
Bakmi aboen ini idola banget tapi sayang aku ngak pernah makan cumanbisa nemenin temen doang ihik ihik
ReplyDelete
ReplyDeletejual viagra
viagra asli
obat kuat viagra
viagra jakarta
obat kuat jakarta
pil biru
toko viagra
viagra usa
viagra original
obat viagra
obat kuat viagra
viagra asli
toko viagra
viagra
viagra asli